Hari Minggu biasanya duo krucil sudah prepare dari pagi jika ada kelas di gedung DPD. Tapi tidak untuk hari. Dari malam minggu memang sengaja ngga dibikin agenda apa-apa.
Rencana saya memang pingin
molor aja, bermalas-malasan.
Pagi pesan sarapan ke warung tetangga, meskipun menunya cuma lontong sayur, ya terpaksa dinikmati saja.. Rasain 😃
Coba ngga pake acara malas, pasti sarapan lebih nikmat, setidaknya bisa pilih-pilih kalau mau jalan jogging ke WTB.
Beneran ngebo kami hari ini. Habis sarapan tidur lagi sampai dhuhur baru melek. Udah gitu, habis dhuhur juga masih malas.. Hadeh..
kenapa gini ya? Kalau managernya mager, kok bawahan ngikuuut....
"Kemoon guys! Geraaak....! Mandi semua..."
Selesai mandi, beli nasi padang dulu, kan lapar lagi.. hihi. Sudah kenyang baru jalan.
"Kemana maa..." 😑
Ngga tau lah, yang penting keluar sarang dulu.
Di simpang jalan baru sepakat. Kita ke Nagoya Hill aja yuk, disana kan ada toko buku juga. Biasanya kalau ngga ke BCS karena disana ada Gramedia, ya ke Edukits. Sudah keliling naik turun tiga lantai kok ngga nemu ya. Dulu kan ada toko buku Kharisma. Pindah kali ya?
Kemana?
Ngos-ngosan juga muterin mall.. Hauusss...
Pengen yang seger-seger tapi yang enak. Pilihan jatuh pada minuman moca float, kebetulan semua suka.
Sambil menikmati minuman yang memang enak banget, kami sengaja nongkrong dulu di kursi yang disediakan, ada hal yang bikin terpesona dalam antrian depan kasir.
Pemandangan yang luar biasa. Ada seorang nenek yang sibuk mondar-mandir keluar masuk antrian karena harus mengikuti seorang
gadis istimewa kemana saja ia pergi. Melihat wajahnya, saya perkirakan usia 20 tahunan.
Tinggi badannya kira-kira 140 cm lah, 11-12 sama saya 😃
Mengenakan baju berleher sabrina warna pink, kulot warna hijau toska. Rambutnya mungkin ngga sampai sebahu jika diurai, tadi diikat jadi bentuknya seperti konde kecil.
Sepatunya... warna putih gading. Tapi ngga dipakai, ditenteng sama nenek.
Nenek yang dari tadi nyaris lari-larian terus, minta ke mas kasir untuk diduluin.. Tapi masnya tetap nyuruh si nenek antri. Duh, kasihan juga ya..
Akhirnya Si Gadis diangkat nenek untuk didudukkan di kursi.
Brak... Brak... Brak.. Meja dipukul-pukul dengan senang.
"jangan, ngga boleh gitu, nanti orang marah." suara nenek sabar banget...
Bukannya berhenti pukul-pukul, malah semakin keras sambil tertawa. Kembali sang nenek menasehati. Kali ini nenek juga sambil tertawa, sembari nengok sekeliling yang memang sedang memperhatikan tingkah mereka berdua.
Kami pun tak luput ikut melihat mereka. Bedanya, kalau pengunjung outlet minuman tersebut terlihat sinis dan ada yang menjaga jarak, saya mengajak krucil untuk ikut tertawa bersama nenek dengan maksud memberi dukungan pada sang nenek agar tidak sedih dengan keadaan sekitar.
Dan benar, nenek melihat kami dengan senang..
Ketika saya sedang memberikan
wejangan pada krucil, tanpa sadar kami sudah tidak melihat lagi Nenek dan gadis itu.
Rupanya mereka berdua sudah pergi sebelum sempat mendapatkan pelayanan.
Entah karena nenek malu, entah karena tidak sabar, atau si Gadis yang memang sudah ngider lagi.
Otomatis, peristiwa ini jadi bahan obrolan kami. Wejangan saya pada krucil, yang utama adalah bagaimana cara kita bersikap di depan
Orang istimewa.
Dalam hal ini, bisa saja kita bertemu orang dengan sindrom bawaan, atau kekurangan dalam pendengaran, atau kekurangan anggota tubuh lainnya.
Karena, tidak jarang mereka sensitif soal perasaan.
Jangankan mereka ya... Kita-kita yang normal saja, sering banget bapernya... 😄
Kemudian, krucil saya tanya, bagaimana seandainya kebagian peran menjadi sang nenek yang dipandang sebelah mata oleh orang-orang sekitarnya.
Dalam percakapan kami, ternyata pak suami sering bertemu dengan Nenek dan Gadis itu. Tempat tinggal mereka dekat dengan bengkel tempat kerja pak suami.
Gadis itu sering tiba-tiba masuk ke Hotel Aston, atau sekedar mampir duduk-duduk di bengkel bersama para pekerja.
Sebagian besar lingkungan didaerah itu, sudah paham dengan si Gadis meskipun tidak mengenal dengan baik.
Apapun yang diinginkan si Gadis, dituruti sang Nenek. Dan ternyata saya baru tahu, Nenek itu bukan keluarganya, melainkan
baby sitter si Gadis.
Orangtua nya keluarga berada.
Sayangnya, si Gadis seperti hanya
dimanja dengan uang, itupun dipercayakan pada sang pengasuh. Jadi dibiarkannya kemanapun si Gadis melangkah. Menurut saya, jarak Pelita ke Nagoya Hill lumayan jauh kalau ditempuh hanya berjalan kaki bolak-balik.
Terbayang capeknya sang Nenek setiap hari mengikuti si Gadis. Yang membuat salut, wajah nenek tetap ceria dan penuh senyum seperti si Gadis. MasyaAllah..
Pelajaran yang dipetik duo krucil hari ini, wajib belajar dari keistimewaan kakak tadi itu.
Sebagai anak yang normal, semestinya lebih bisa mandiri. Dan bisa menyikapi kondisi orang-orang disekitarnya.
Saya sengaja tidak mengambil gambar Si Gadis bersama Nenek, karena tidak ingin membuat tersinggung.
Everything happen for a reason..
#harikeempat
#tantangan10hari
#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian