Hahaha... itu duluu... jaman masih belum punya teman, belum punya nyali mau ngapa-ngapain. Jangankan mau bikin blog, mau menyalakan laptop saja saya gemetar bukan main.
Sekedar mencari info jumlah pulsa yang cuma ditulis pakai SMS saja tidak berani. Sampai diketawain.
"Halah mbak, ketik aja. Ngapain takut, itu yang jawab kan mesin operator bukan orang," yang baca tulisan ini pasti masih ingat.
Sejak itu baru saya mulai mengeliat dan berani pencet-pencet, karena jaman itu kan memang punyanya yang berkeypad keras dan bersuara tat tut tat tut.
Mulai tambah senang setelah dapat lungsuran handphone yang canggih dijamannya. Ber-esemesan bisa banyak meskipun tulisan dikirim perkata ngga takut kehabisan pulsa. Menggunakan NIMBUZZ waktu itu. Duh... bangganya...
Selain bisa mengirim percakapan dengan cepat, warnanya yang cerah bergaris-garis itu saya suka... sekali. Tetapi bukan berarti masalahnya selesai karena suka saja. Namanya ilmu, semakin mengetahui satu mesti tahu juga rangkaiannya.
"Ini kok nimbuzzan ngga terkirim-kirim? Paket internetnya kan baru beli. Masa harus beli lagi. Tolong Koh, di cek hape saya ini apa ada yang rusak ya?" tanya saya di counter pulsa dengan nada agak memaksa.
"Di tunggu saja kak, masalah jaringan aja kok," jawab si koko agak cuek.
Saya pulang dengan bersungut-sungut dan jelas tidak puas sama sekali. Akhirnya saya menghabiskan pulsa buat nelpon seseorang 😁
"Sampean liat itu panah yang di kanan atas itu naik turun atau engga? Kalo engga, ya berarti memang belum ada sinyal," jawab si embak diseberang yang saya telpon terus-terusan.
Begitulah balada si emak yang malu disebut terlalu gaptek. Meskipun kebanyakan dapat lungsuran, yang penting saya pernah punya gitu lo, haha... Kondisi mengharuskan saya berjalan sambil berlari. Karena semakin kesini sudah berkomitmen mau berjualan dengan sistem online.
Alhamdulillah beberapa kali diundang instansi pemerintah untuk mengikuti seminar dan pelatihan marketing online. Selain itu saya dibantu anak saya untuk mengutak-atik beberapa aplikasi sebagai pendukung tekhnologi yang saya inginkan.
Meskipun belum semua saya terapkan dalam usaha yang saya jalankan, namun pada dasarnya saya sudah mulai memahami ilmu yang saya pelajari.
Saya tidak bangga disebut gaptek. Yang ada, menurut saya gaptek adalah nama lain dari malu. Terbukti, jika saya memelihara kegaptekan saya, tentu saya tidak akan berada didepan. Dari hampir 200 orang UKM, saya bersama 3 orang teman sudah berani mengalahkan gaptek.
Di lain kesempatan saya juga ingin belajar pada Uni Eka untuk belajar utak-atik komputer dan bikin aplikasi. Biar tambah jauh dari kata gaptek, hehe...
Everything happen for a reason.
wuiih.
ReplyDeletesemangaaatt terus pantang mundur !
btw kok aku gk tau Nimbuzz ya mba ?
hehehehe
gaptek !
mbak dessy udah ga menangi haha
Delete