Tuesday, September 11, 2018

SHARING MIMPI

Allahumma shoyiban nafii'a.. 


Seharian hujan mengguyur kota Batam. Merata dari ujung Nongsa sampai Batuaji. Namun sebelum tetesan air itu menyerbu dengan derasnya, saya berdua suami berlomba dengan hujan sampai di Nagoya. Meskipun badan kami basah, tidak menyurutkan kami untuk meneruskan semangat tahun baru hijriah ini.


Kami bersemangat karena anak-anak kami juga sedang bergairah ingin mengepakkan sayap untuk berbisnis.
Dimulai dengan keisengan bermain photoshop membuat logo untuk komunitas yang mereka bina hampir dua tahun ini.


Berbekal kesenangan membuat desain, akhirnya mereka minta ijin pada sang ayah, tentunya sekalian meminta uang untuk mendaftar workshop yang berbayar tersebut.  Gayung bersambut, ayahnya mengijinkan mereka mengikuti workshop Costum Case. Selanjutnya semangat mencari tahu tentang ilmu sablon digital printing. 


Awalnya sih hanya coba-coba membuat kaos bersablon. Melalui tranfer paper, mereka mengaplikasikan gambar pada kaos atau kain yang lembut dengan bantuan setrika.
Karena hasilnya lumayan memuaskan bagi mereka yang pemula, mereka berencana melayangkan rayuan maut lagi pada ayahnya.


Dengan semangat anak-anak membagikan mimpi mereka. Lagi-lagi ayahnya menyambut dengan gembira rencana hebat mereka, meskipun tidak menjanjikan apa-apa.


Anak-anak sadar, tidak ingin terlalu memberatkan ayahnya, mereka mengumpulkan tabungan dan meminta bantuan abangnya yang sulung untuk ikut memberikan sumbangan.
Mereka ingin membeli printer untuk mencetak gambar pada tranfer paper, karena biasanya harus ngeprint ke percetakan dengan harga yang lumayan mahal untuk satu lembar gambar.


Karena niat dan keteguhan hati anak-anak, saya sangat mendukung dan ingin segera mewujudkan mimpi mereka.
Setelah uang terkumpul, program kerja sudah disusun, tinggal menunggu sang ayah bergerak, haha...
Disinilah anak-anak dilanda kecemasan. Antara keinginan yang kuat untuk segera memiliki peralatan sendiri, dan waktu yang dimiliki sang ayah yang sangat terbatas. Sebab liburnya sang ayah kebanyakan hanya pada hari besar saja, hehe...
Dan sungguh kebetulan hari ini diguyur hujan seharian... Jadi mereka harus bersabar...


Jam 10.30 WIB, Pak suami akhirnya membaca kegelisahan anak-anaknya. Kami dapat membelikan printer yang dimaksud.
Namun kami tidak bisa pulang cepat, karena ternyata diluar hujan bertambah deras dan diiringi petir yang bersahut-sahutan.


Sembari menunggu hujan reda, saya mengusulkan agar pak suami rehat dulu. Kami makan eskrim dan menyetujui ketika seorang pramuniaga menawarkan kursi pijat relaksasi.


Sambil menikmati pijatan kursi tersebut, saya kembali menyampaikan keinginan anak-anak berbisnis ini.
Saya menceritakan dari awal, dan memang ada yang belum diketahui oleh pak suami. Anak-anak mendapat tawaran dari salah seorang pendamping MEA untuk membuat proposal permohonan bantuan mesin bagi pengusaha. Dan anak-anak sudah menyerahkan proposal tersebut, semoga mendapatkan acc dari pemerintah. Agar semakin terang jalan mereka merintis usaha menuju masa depan mereka.


Tak terasa waktu berjalan sekitar empat puluh menitan, kami masih menikmati pijatan lembut kursi relaksasi itu. Ketika saya merasa tidak ada respon lagi, saya menoleh...
Ternyata pak suami sudah ketiduran karena nyaman. Dan baru menyadari setelah terasa kursi diam dan berhenti memijat.


"Oala papah... enak ya..."


"Iyah... ga terasa kesliutan," jawab si papah sambil tersenyum.


"Mama cerita panjang kali lebar sama dengan luas tadi masih dengar kan pah?"


"O masih... Semua tadi masih jelas... haha"


"Iih... nanti mama test ya, awas kalau ada yang kelewat.  Ya udah, ayo kita pulang.  Hujan dah berhenti tuh,"  ajak saya sambil mengangkat bungkusan kardus printer itu.

Everything happen for a reason.

#hari6
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang

#institutibuprofesional


No comments:

Post a Comment