Monday, September 10, 2018

VIBRASI MOBIL PICK-UP

Ba'da isya saya minta diantar pak suami ke Jodoh untuk membeli sandal. Seperti biasa, saya akan ngider ke banyak toko di mall. Karena hampir pasti saya tidak langsung menemukan sandal seperti yang saya idamkan. 


Barang apapun, baik sandal, sepatu, tas maupun model baju, saya kurang suka bentuk yang dimiliki banyak orang. Saya paling suka yang modelnya klasik, dan lucu, apalagi kalau jenisnya limited edition. Pasti saya akan merasa girang sekali.


Setelah berkeliling toko hampir 2 jam, saya belum menemukan sandal idaman saya. Memang begitu jika saya dengan sengaja merencanakan membeli sandal atau sepatu. Seringnya dapat... pas lewat langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.


Karena sudah bolak-balik berputar dan lewat beberapa toko, rasanya malu juga dilihat orang, mondar-mandir tak beli apa-apa.
Akhirnya saya membelikan tas slempang kecil untuk pak suami. Supaya kantong celananya tidak nampak penuh dengan bawaan dompet dan handphone.


Keluar dari mall, kami singgah dulu di angkringan langganan kami.  Angkringan murah meriah tempat nongkrong anak-anak muda. Anak-anak sangat senang dibawakan oleh-oleh nasi kucing. Ada tiga pilihan nasi dibungkus kertas itu. Nasi sambal teri, nasi rica-rica ayam telur tahu, dan nasi sambal goreng tempe mie. Harganya ramah di kantong remaja, hanya lima ribu rupiah.


Sepanjang jalan pulang, kami sengaja mengendarai motor pelan-pelan. Sambil bercerita, sesekali kami bercanda ringan.
Tiba-tiba...
Wussshh....


Sebuah mobil pick-up dengan muatan box-box yang berbau amis pengangkut ikan, melaju kencang sambil berbelok kiri memotong jalan kami.


"Astagfirullah... La haula wa la kuwata illa billah...," teriak kami hampir bersamaan.


Reflek pak suami yang kaget menjadi marah dan berniat mengejar mobil pick-up tersebut. Spontan saya langsung menegur suami.


"Pah!  Ngapain papa mau ngejar mobil itu."


"Ya papa mau motong jalan dia juga... Biar tahu dia, gimana rasanya orang kaget."


"Ah, papa ini... jadi ngga ada bedanya dong sama dia," jawab saya.


"Biar ngga diulangi sama dia..." pak suami masih membantah.


"Sudahlah pah, biarkan saja. Bisa jadi orang itu memang dengan sadar ngebut dan menyalip motor kita.
Anggap saja dia sedang sakit perut dan tidak tahan lagi, kebelet (maaf : pup), ya kan..."


Seketika pak suami langsung sadar dan tertawa. Entah menertawakan pengendara mobil pick-up itu, atau menertawakan dirinya sendiri yang sempat terpancing emosinya.
Yang penting suasana sudah kembali kondusif. Dan perasaan kami tetap bahagia sampai dirumah, dan disambut anak-anak yang menanti nasi kucing lima ribuan.


Everything happen for a reason.

#hari5
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

No comments:

Post a Comment