Wednesday, November 7, 2018

DOODLE SISSY



Semasa balita, anak saya Sissy jarang sekali tantrum.  Kalaupun menangis, hal itu tidak berlangsung lama. Padahal sebagai anak bungsu apalagi Sissy adalah satu-satunya anak gadis di dalam keluarga kami, seharusnya dia lebih banyak merasakan manja.

Namun tidak demikian. Menurut saya, ini bisa jadi memang kesalahan kami sebagai orangtua yang belum pengalaman dan tidak berilmu. Disamping itu, ada faktor lain, yaitu jarak Sissy dengan abangnya yang berdekatan.  Selisih hanya empat belas bulan. Dan karena kurangnya ilmu juga, saya sering menitipkan Sissy (bayi) kepada adik saya ketika Althaf rewel bahkan cemburu melihat saya dengan Sissy.

Kebiasaan inilah yang membuat Sissy sering mengalah demi melihat Althaf tidak tantrum. Karena jika sudah menangis, apa yang ada disekitarnya akan dibanting, pintu ditendang, bahkan Sissy kecil akan dipukulnya.                   
Saat seperti itu, adik-adik saya akan segera mengambil Sissy, dan saya harus menenangkan Althaf. Ketika saya menggendong Sissy, Althaf selalu mendorong Sissy.

“Kamu sana Sy. Sama tante mu sana,”  teriak Althaf ketika sedang marah dan tidak ingin diganggu.

Tetapi, saat mood dan hatinya baik, diajaknya Sissy bermain, makan  bahkan tidur bersama. Hal seperti ini berlaku hingga Sissy berusia  5 tahun. Dan selebihnya, Alhamdulillah mereka hampir selalu rukun hingga saat ini. Sekarang usia Sissy hampir 13 tahun.

Bercerita tentang Sissy, dia hampir tidak pernah terlihat tantrum. Tetapi bukan tidak pernah marah atau merajuk, hanya tidak berlebihan saja dalam melampiaskan. Sissy akan menangis dengan suara tertahan jika dia merasa bersalah, dan akan lebih nyaring meskipun tidak berteriak jika merasa kecewa.

Saya pernah memergoki Sissy sedang mengomel sendiri didalam kamar. Ketika saya tanyakan mengapa, barulah dia menceritakan hal yang membuatnya kecewa. Kadang-kadang, belum sempat saya memberikan solusi ataupun sekedar menasehati, dia akan merasa baik-baik saja, dan kembali bermain diluar, karena dijemput teman-temannya.

Sissy memiliki banyak teman meskipun tidak lagi bersekolah diluar rumah, melainkan homeschooling. Kami sama-sama belajar sebagai murid dan guru. Karena saya juga sering belajar dari anak-anak, meskipun lebih banyak saya yang harus menyediakan ide untuk hal-hal yang ingin dipelajari.

Begitupun tentang keseharian Sissy. Dikarenakan seringnya kami belajar sambil jalan-jalan, luapan emosi sering terabaikan.
Jadi untuk tetap mengikuti fitrah dan kondisi perkembangan emosi anak-anak khususnya Sissy, saya mengajaknya menggambar.
Menggambar apa saja, terutama yang sedang dirasakannya saat ini. Dan berbekal sedikit ilmu tentang doodle dari seorang Coach, saya mencoba mengartikan dan berdiskusi tentang perasaan Sissy. Sejauh ini, masih efektif bagi kami untuk mengatasi keadaan yang sedang tidak stabil.
Mudah-mudahan kedepan kami dapat menemukan cara lain, saat kegiatan menggambar sudah dirasa bosan oleh Sissy.
Everything happen for a reason.

#Hari1
#KuliahBundaSayang
#GameLevel3
#FamilyProject
#MyFamilyMyTeam

No comments:

Post a Comment